Harap yang pernah menggebu itu pupus,
luruh tersaput angin bersama senja yang jatuh di kaki malam.
Lost
Promise.
I remember him, once more..
Goodbye.
Apalah artinya?
Untuk seseorang (pernah) yang kusebut-sebut namanya dalam setiap derap napasku,
Seseorang yang bersamanya kusisipkan baris-baris doa dalam sujudku,
Seseorang yang pernah menunjukkan rona senja yang menjingga padaku,
Seseorang yang menjelma warna-warna dalam setiap ujung penaku.
Terima kasih pernah membawa sekantung bahagia untuk kunikmati bersamamu.
Aku mencintaimu,
seperti angin yang tiada pernah berhenti berhembus.
Seperti mata air yang tiada pernah mengering karena terik.
Namun, apalah artinya aku menahanmu lebih lagi?
Jika tidak lagi kutemukan namaku dalam hatimu.
Kau tau?
Kubilang "aku tidak akan segila ini menunggumu untuk bilangan waktu yang lama, jika saja aku bisa mengatasi perasaanku sendiri."
Kau tau?
Aku memang masih berdiri di sini.
Tapi bukan lagi untuk alasan setia.
Aku tidak menunggumu memungut hati ini (lagi)
Aku menunggumu,
menunggumu membunuh rasaku.
Siapa tahu?
Mungkin, jika aku menunggumu sedikit lebih lama lagi~seribu tahun kemudian, barangkali...
Kamu bisa mencintaiku.
Mungkin saja, kan?.
Siapa tahu.
Jangan kau tunda ~(lagi)
Karena lelah ini tidak ingin berlama-lama bersebelah dalam ingkar.