Untuk seseorang (pernah) yang kusebut-sebut namanya dalam setiap derap napasku,
Seseorang yang bersamanya kusisipkan baris-baris doa dalam sujudku,
Seseorang yang pernah menunjukkan rona senja yang menjingga padaku,
Seseorang yang menjelma warna-warna dalam setiap ujung penaku.
Terima kasih pernah membawa sekantung bahagia untuk kunikmati bersamamu.
Aku mencintaimu,
seperti angin yang tiada pernah berhenti berhembus.
Seperti mata air yang tiada pernah mengering karena terik.
Namun, apalah artinya aku menahanmu lebih lagi?
Jika tidak lagi kutemukan namaku dalam hatimu.
Apalah artinya?
Diposting oleh
Unknown
|
Label:
Dear D
/
Dee

Kau tau?
Diposting oleh
Unknown
|
Label:
Dear D
/
Kubilang "aku tidak akan segila ini menunggumu untuk bilangan waktu yang lama, jika saja aku bisa mengatasi perasaanku sendiri."
Kau tau?
Aku memang masih berdiri di sini.
Tapi bukan lagi untuk alasan setia.
Aku tidak menunggumu memungut hati ini (lagi)
Aku menunggumu,
menunggumu membunuh rasaku.
Siapa tahu?
Diposting oleh
Unknown
|
/
Mungkin, jika aku menunggumu sedikit lebih lama lagi~seribu tahun kemudian, barangkali...
Kamu bisa mencintaiku.
Mungkin saja, kan?.
Siapa tahu.
Jangan kau tunda ~(lagi)
Diposting oleh
Unknown
|
Label:
Dear D
/
Ternyata masih.
Tak peduli berapa ribu ~(lagi)~ detak jarum akan berdentang.
Karena aku, akan. Dan masih.
Hari ini saja kukatakan padamu, hey pemberi harap!
Jangan kau tunda (lagi).
Setelahnya aku tidak berani berjanji.
Karena lelah ini tidak ingin berlama-lama bersebelah dalam ingkar.
Karena lelah ini tidak ingin berlama-lama bersebelah dalam ingkar.
Warnamu memudar, hilang
Diposting oleh
Unknown
|
Label:
memory
/
Ketika kamis itu datang hatiku mulai bergumul ragu.
Barangkali akan datang hujan yang menghujamkan setiap derainya pada hatiku yang bahkan aku sendiri tidak mampu menerka isinya.
Menyelimutiku yang tengah menggigil menggenggam rindu yang memucat.
Atau barangkali akan datang desauan angin, yang menerbangkan semua kenanganmu dalam ingatku?
Entahlah... Mungkin hanya ada dalam imajinasiku saja, aku melihatmu. Di sana.
Terbungkam diantara jarum waktu yang terus berputar.
Kau hanya terdiam.
Sedikit pun tak bergeming,
dan tiba-tiba memudar di pertemuan jarum waktu yang tak henti berdentang.
Seketika itu aromamu terhempas hilang bersama serentetan warna ceritamu meninggalkan luka yang sempurna menyayat hatiku.
Tentangmu itu tak berbekas, meski hanya ceceran warna.
Entah itu jingga, nila ata pun ungu.
Dan kurasa hanya hitam yang disertai kepekatan yang terus berputar-putar dalam memori yang telah kau kosongkan..
Langganan:
Postingan (Atom)