Promise.

Angin di luar dingin.
Berhembus perlahan.
Mendesau.
Menyuarakan sayup-sayup rindu yang mengering.

Aku menengadahkan tanganku
Dan diantara gemerisik gesek daun rambutan,
Ku temukan celah.
Dimana tetes tetes air jatuh berlarian.

Inilah...
Hujan pertama,
Aku senang Oktober menepati janjinya.
Ia membawakanku hujan.

Bersama sensasi yang tak bisa ku ungkapkan.
Saat butir-butirnya berjatuhan seperti mutiara
Dan pecah... berbentur dengan tanah
Ciptakan aroma sempurna.


Dan pada bagian akhirnya,
ini yang paling kurindui darinya.
Benih-benih rasa yang tak pernah kuberi nama,
Menyergapku dengan sepi yang membunuh
Menyeretku ke masa lalu

Dimana kenanganku tidak pernah bersisihan dengan suka
Dan kamu, adalah mimpi buruk yang pernah melukiskan cinta.



Ipit :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

I remember him, once more..

Aku menemukan seseorang, sebelumnya Dee.
Dia menggantikanmu, barangkali.

Pertama kali aku bertemu dengannya di sini, tempat yang biasa kuceritakan padamu, kau ingat?

Dia yang mendatangiku.
Tiba-tiba saja duduk persis disampingku.
Dia tidak berbicara sama sekali, dan itu membuatku merasa sedikit aneh.
Ya. Aku merasa nervous bersebelah dengannya.

Dia hanya terus menatapku.
Tersenyum.

Dan saat itu juga aku merasa namamu menguap.
Pergi.
Bersamaan dengan itu, kusadari. Aku menyukainya.
Seperti aku pernah menyukaimu.
Bahkan lebih.

Jadi aku menukar kenangan kita. Tidak apa apa, kan?
Kurasa kau baik-baik saja dengan itu.
Bahkan mungkin sudah tidak peduli :)

Goodbye.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Apalah artinya?

Untuk seseorang (pernah) yang kusebut-sebut namanya dalam setiap derap napasku,
Seseorang yang bersamanya kusisipkan baris-baris doa dalam sujudku,
Seseorang yang pernah menunjukkan rona senja yang menjingga padaku,
Seseorang yang menjelma warna-warna dalam setiap ujung penaku.

Terima kasih pernah membawa sekantung bahagia untuk kunikmati bersamamu.

Aku mencintaimu,
seperti angin yang tiada pernah berhenti berhembus.
Seperti mata air yang tiada pernah mengering karena terik.

Namun, apalah artinya aku menahanmu lebih lagi?


Jika tidak lagi kutemukan namaku dalam hatimu.




Dee

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Kau tau?

Kubilang "aku tidak akan segila ini menunggumu untuk bilangan waktu yang lama, jika saja aku bisa mengatasi perasaanku sendiri."

Kau tau?
Aku memang masih berdiri di sini.
Tapi bukan lagi untuk alasan setia.

Aku tidak menunggumu memungut hati ini (lagi)
Aku menunggumu,
menunggumu membunuh rasaku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Siapa tahu?

Mungkin, jika aku menunggumu sedikit lebih lama lagi~seribu tahun kemudian, barangkali...
Kamu bisa mencintaiku.
Mungkin saja, kan?.
Siapa tahu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Jangan kau tunda ~(lagi)


Kusangka aku tidak lagi menunggu.
Ternyata masih.

Tak peduli berapa ribu ~(lagi)~ detak jarum akan berdentang.
Karena aku, akan. Dan masih.

Hari ini saja kukatakan padamu, hey pemberi harap!
Jangan kau tunda (lagi).
Setelahnya aku tidak berani berjanji.
Karena lelah ini tidak ingin berlama-lama bersebelah dalam ingkar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Warnamu memudar, hilang



Ketika kamis itu datang hatiku mulai bergumul ragu.

Barangkali akan datang hujan yang menghujamkan setiap derainya pada hatiku yang bahkan aku sendiri tidak mampu menerka isinya.
Menyelimutiku yang tengah menggigil menggenggam rindu yang memucat.
Atau barangkali akan datang desauan angin, yang menerbangkan semua kenanganmu dalam ingatku?

Entahlah... Mungkin hanya ada dalam imajinasiku saja, aku melihatmu. Di sana.
Terbungkam diantara jarum waktu yang terus berputar.
Kau hanya terdiam.
Sedikit pun tak bergeming,
dan tiba-tiba memudar di pertemuan jarum waktu yang tak henti berdentang.

Seketika itu aromamu terhempas hilang bersama serentetan warna ceritamu meninggalkan luka yang sempurna menyayat hatiku.

Tentangmu itu tak berbekas, meski hanya ceceran warna.
Entah itu jingga, nila ata pun ungu.

Dan kurasa hanya hitam yang disertai kepekatan yang terus berputar-putar dalam memori yang telah kau kosongkan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Menunggu, untuk sia-sia

Dear you,




Ini sudah Senin yang ke seratus -bahkan sudah dua atau tiga ratus- semenjak aku merasa kamu menjelma sosok yang mengisi sebagian hatiku. 
Jangan kamu tanyakan bagaimana aku bisa begitu menyukaimu!
Aku pun tidak tau! Aku sendiri tidak begitu mempedulikannya.
Yang aku tau aku begitu antusias tiap kali kutemui hal-hal yang berkaitan denganmu. 

Entah itu penting artinya untukmu atau tidak.
Tapi aku tidak akan menanyakan atau meminta sedikit hatimu untuk kumiliki sendiri.
Karena aku tau bahwa ruang dalam hatimu bukan untuk ku tempati, tidak meskipun hanya secelah untuk mengintip bagaimana perasaanmu di dalamnya.

Aku ingin memohon satu hal padamu, 
jangan kau melihatku atas rasa kasihan.
Mungkin lebih baik untukku jika kau biarkan aku tetep seperti ini. Menyukaimu seperti ini.
Mungkin lebih baik untukku jika kau membiarkanku tetap Menunggu...

Menunggu untuk sia-sia.

Anggap saja untuk 3 tahun terakhir aku menjaga hati untukmu sebagai suatu hal yang membiasakanku hidup berdampingan dengan luka.
Aku tidak akan menganggapmu sebagai seseorang yang menggores luka di kalbuku.
Tenang saja,
Aku tetap mencintaimu. 
selalu
:)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Pinta Hati



Dear You,



Aku bukan seorang yang pandai menuturkan cerita. Bukan seorang yang mampu menggores warna dengan komposisi sempurna. Aku juga tidak selihai pengarang  yang mampu mengaduk-aduk perasaan lewat permainan kata untuk mewakili sebuah rasa. Namun berkatmu aku senang bercerita, aku menulis apa saja yang ingin ku sampaikan padamu... Suatu saat nanti -aku tak tahu kapan-

Ini bukanlah tulisan pertama yang (sebenarnya) ingin sekali  kutujukan padamu. Aku bahkan  tidak bisa menghitung berapa banyak yang (sudah) kutulis untukmu. Tapi... tak satupun yang (berani) aku sampaikan padamu. Bukan aku terlalu malu mengakui perasaan ini, aku hanya terlalu takut bilamana harus menatapmu dengan sikapmu  yang masih sama. Angkuh.

Kali ini mau tidak mau aku harus menepis ‘takut’ itu. Ku rasa hanya untuk beberapa detik saja. Ya. Sebelum semua benar-benar terlambat untuk terjadi –jika itu memang benar bisa terjadi-
Hahaha... Kadang aku merasa sangat konyol. Harus membungkam rasa dalam diam. Kenapa aku tidak langsung mengatakan saja dihadapanmu bahwa aku menyukaimu? Ah... Itu tidak mungkin!

Aku memang tidak pernah berbicara secara langsung denganmu. Tidak pernah menatap dalam ceruk matamu. Aku bahkan tidak tahu menahu siapa namamu. Hahaha. . . Lucu bukan? Tidak! Aku serius. Aku menyukaimu. Aku menyukai lekuk mata sipitmu yang mirip dengan mataku. Aku menyukai keangkuhan dalam dirimu. Kurasa aku menemukan kehangatan dibalik sikap dinginmu. Ya. Kurasa aku jatuh cinta (padamu) :-D

Monsieur  D. . . bukankah selama 3 tahun ini aku memanggilmu seperti itu? Tentu saja aku tidak memanggilmu secara langsung. Aku sudah menyebutkan aku tidak (belum pernah-berharap suatu saat akan menjadi  pernah-) berbicara secara  langsung denganmu. Dalam lamunku, dalam igauanku, dalam mimpiku, aku senang memanggilmu seperti itu. Aku ingin berterima kasih, padamu yang memberiku hitam putih kenangan, untukmu yang membuatku berani berharap, serta kamu yang pernah membuatku mencicipi asam manis jatuh cinta, rindu, marah, jengkel, lelah yang tertumpuk rapi dalam kotak kecil yang ku sebut hati.

Ini adalah 3 minggu terakhir untuk menggenapi 3 tahun utuh aku mengagumimu. Aku hanya mengingatkanmu. Setelahnya (mungkin) aku tidak akan dipertemukan lagi denganmu di persimpangan jalan berkabut yang setiap pagi kulalui untuk menjangkau sekolahku. Aku tidak akan melihat lagi lekuk-lekuk wajahmu yang membuatku merindu setengah mati. Sungguh aku tidak ingin seandainya aku bisa! Namun inilah kesudahannya. . .

Aku tau inilah risiko yang (memang) sepantasnya aku dapatkan. Aku tak menyalahkanmu. Aku juga tidak akan menuntutmu membantuku menyeduh luka karena pada akhirnya (pun) aku harus menyaksikanmu pergi. Ini salahku! Seharusnya aku menjauh dikala aku bisa. Pergi disaat rasa ini belum menjelma dan menjadi separo bagian lebih dari sepetak hatiku. Agar aku tak merasa sekehilangan ini. Kau tau, kan? Beratnya melepaskan sesuatu yang kamu cintai? Tidak. Aku tidak berharap kamu (akan) pernah merasakannya. Cukup aku saja.

Bolehkah aku meminta (memaksakan) satu hal untuk 3 minggu terakhir kita akan pernah bertemu? Ku mohon. ;-(

Biarkan aku menatapmu. . . Biarlah, hanya untuk hari ini dan esok –jika masih ada mentari -

Hanya itu. Aku tidak memintamu melakukan hal yang menurutku berat. Kamu juga tidak perlu melakukan apapun -jika kamu merasa kasihan kepadaku- aku hanya ingin melihatmu. Itu saja :-)


Aku akan sangat merindukanmu dalam bilangan waktu yang tak terhitung,
selama aku masih bersama jiwaku, aku akan selalu merindukanmu,
 dan menjaga bayangmu yang mengendap di setiap denyut nadiku.
 Meskipun aku tau ini adalah kali terakhir aku bertemu denganmu.



Yang selalu mengagumimu,

Monsieur D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments